Selasa, 25 Oktober 2011

the advantages of sea cucumber

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teripang

Teripang atau yang juga disebut dengan ketimun laut, merupakan hewan tidak bertulang belakang yang termasuk dalam famili Holothuridae dan Stichopodidae. Terdapat sebanyak 2000 spesies teripang di dunia (www.gamatemas.dumei.com). Penyebaran hidup teripang sangat luas dan paling banyak ditemukan di wilayah Indo-Pasifik Barat. Panjang teripang sekitar 5-40 cm dan pada saat hidup bobotnya dapat mencapai 500 g (Wibowo et al. 1997), sedangkan menurut Bandaranayake dan Rocher (1999) panjang teripang dapat mencapai 60 cm dengan bobot 2 kg.

Teripang umumnya menempati ekosistem terumbu karang dengan perairan yang jernih, bebas dari polusi, air relatif tenang dengan mutu air cukup baik. Habitat yang ideal bagi teripang adalah air laut dengan salinitas 29-33‰ yang memiliki kisaran pH 6,5-8,5, kecerahan air 50-150 cm, kandungan oksigen terlarut 4-8 ppm dan suhu air laut 20-25ÂșC (Wibowo et al. 1997).

Gambar 1. Morfologi teripang (Sumber: http://www.enchantedlearning.com)

2.1.1. Klasifikasi teripang

Klasifikasi teripang menurut Wibowo et al. (1997) dan Martoyo et al.(2000) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Phylum : Echinodermata

Class : Holothuroidea

Genus : Holothuria

Ordo : 1. Aspidoochirota

2. Dendrochirota

Famili : Aspidochirotae

Genus : 1. Holothuria

2. Stichopus

3. Thelonota

4. Actinopyga

5. Muelleria

Spesies : 1. Holothuria a. H. nobilis J.

b. H. scabra J.

2. Stichopus variegatus J.

3. Thelonota ananas J.

4. Actinopyga a. A. lecanora J.

b. A. miliaris

c. A. Echinites

5. Muelleria lecanora

Menurut Martoyo et al. (2000) teripang yang terdapat di perairan Indonesia adalah dari genus Holothuria, Muelleria dan Stichopus. Dari ketiga genus tersebut ditemukan 23 spesies, diantaranya baru lima spesies yang sudah dimanfaatkan dan mempunyai nilai ekonomis penting, yaitu Holothuria scabra (teripang putih atau pasir), Holothuria edulis (teripang hitam), Holothuria vacabunda (teripang getah atau keling), Holothuria vatiensis (teripang merah) dan Holothuria marmorata (teripang coklat).

2.1.2. Siklus Hidup Teripang

SUMBER: Widia (kuliah-stok sasisment)

2.1.3. Potensi teripang

Potensi teripang dari perikanan tangkap di Indonesia cukup besar, yaitu 3.517 ton pada tahun 2001 (DKP 2003). Daerah penghasil utama teripang adalah perairan pantai Sulawesi Tengah (1.134 ton) kemudian diikuti oleh perairan pantai NTT (433 ton) dan Sulawesi Selatan (327 ton).

Saat ini perdagangan teripang telah meluas, terutama di Hongkong dan Singapura, yang merupakan dua negara pusat perdagangan ekspor teripang dunia. Teripang kering telah diolah dan diperdagangkan di USA, Kanada, Eropa, Taiwan, Republik Korea, China, Australia, Malaysia, Thailand dan beberapa negara lain. Pada tahun 1994, Indonesia mengekspor teripang ke Malaysia senilai 732.612 RM. Pada waktu yang sama Indonesia juga mengekspor ke China yang dapat memenuhi 37% kebutuhan teripang China (Baine dan Forbes 2004).

2.1.4. Ancaman Terhadap Teripang

Ancaman utama terhadap keberadaan teripang adalah terjadinya tangkap lebih (overexploitation) akibat meningkatnya permintaan pasar, juga penggunaan teripang sebagai biota akuarium maupun sebagai bahan riset biomedis. Daur hidup teripang yang spesifik menjadikan teripang sangat rentan oleh terjadinya tangkap lebih. Hal kedua yang juga mengancam keberadaan teripang adalah degradasi habitat tempat hidupnya. Habitat adalah tempat hidup sekaligus tempat mendapatkan pakannya. Kerusakan habitat berarti hilangnya “rumah” dan tempat mencari pakan.

Teripang berkelamin terpisah, memijah dalam air dan fertilisasi terjadi dalam kolom air. Disamping itu pergerakan teripang sangat lambat (sluggish) sehingga ruang geraknya (home range) sempit atau terbatas. Sifat ini menyebabkan teripang sangat mudah dipungut dan mengakibatkan populasinya cepat berkurang. Padahal untuk terjadinya sukses fertilisasi harus dalam kepadatan populasi tertentu. Jarak keberadaan antara jantan dan betina yang terlalu jauh sangat mungkin gagalnya fertilisasi.

Penangkapan atau eksploitasi teripang telah terjadi ratusan bahkan ribuan tahun yang berlangsung secara tradisional dan subsisten Kegiatan eksploitasi teripang di Indonesia umumnya berskala kecil. Para nelayan mengumpulkan teripang sedikit demi sedikit dan diproses dikeringkan kemudian dijual kepada tengkulak pengumpul. Meningkatnya permintaan pasar mendorong peningkatan usaha eksploitasinya. Berdasarkan lamanya eksploitasi teripang berlangsung, diduga bahwa populasi teripang mengalami tekanan yang cukup serius mengancam kelestariannya. Hal ini akan terjadi karena laju pertambahan (recruitment) tidak sebanding dengan laju pemungutannya. Indikasi tentang hal ini sudah terlihat dengan makin sulitnya menemukan jenis-jenis teripang komersil, baik yang mahal sedang maupun yang murah harganya. Penurunan populasi sumberdaya teripang sangat dirasakan terjadi terutama terhadap jenis-jenis mahal dan laku seperti teripang pasir Holothuria scabra dan teripang susuan Holothuria nobilis. Sekali kepadatan populasi teripang turun dibawah titik kritis, maka sangat sulit populasi akan pulih kembali (http://biologigonz.blogspot.com/2010/01/holothuroidea-teripang.html).

2.1.5. Manfaat Teripang

Teripang memiliki manfaat:

- Memulihkan luka luar dan dalam dg cepat (antiseptik)

- Masalah kulit spt gatal2, jerawat, eksim, jamur, dll

- Melembutkan kulit & memperlambat proses penuaan

- Penahan rasa sakit yg disebabkan migren, peradangan, nyeri haid dan sakit gigi

- Mencegah radang tenggorokan

- Mengatasi radang sendi (osteoarthritis), ngilu, pegal2, asam urat, dan otot.

- Nyeri persendian (arthritis)

- Membantu toleransi gula darah (kencing manis)

- Membantu hipertensi

- Membantu kolesterol darah

- Membantu masalah pernafasan

- Meningkatkan sel darah merah

- Sebagai penahan sakit alamiah (2x paracetamol)

- Membantu masalah pernafasan (http://obat-tradisional.net/obat/tentang-teripang-manfaat-dan-khasiatnya-untuk-penyembuhan-penyakit.html)

2.2. Kandungan Kandungan Gizi Dan Manfaat Teripang

Teripang adalah hewan detritus yaitu makan secara menyapu pasir ke dalam mulut. Pergerakan teripang yang lambat menyebabkannya perlu mempunyai mekanisme pertahanan tubuh yang efisien, yaitu mengeluarkan holothurin yang toksik dan dapat melumpuhkan hewan kecil. Holothurin dikeluarkan oleh kelenjar khusus yang disebut sebagai kuvier (Michael 2003). Penelitian tentang holothurin telah dimulai sejak awal tahun 1920an dan mulai intensif pada tahun 1950an. Salah satu jenis holothurin utama dari teripang yang berkhasiat dalam penyembuhan luka, perawatan sehabis bersalin dan sebagai antifungi adalah saponin (www.gamatemas.dumei.com).

Bahan bioaktif di dalam teripang juga dikenal sebagai antioksidan yang membantu mengurangi kerusakan sel dan jaringan tubuh. Kandungan antibakteri dan antifungi teripang dapat meningkatkan kemampuannya untuk tujuan perawatan kulit. Teripang juga diketahui mempunyai efek antinosiseptif (penahan sakit) dan anti-inflamasi (melawan radang dan mengurangi pembengkakan) (Wibowo et al. 1997). Penelitian yang telah dilakukan di beberapa daerah terutama di Malaysia terhadap penduduk di Kudat, Semporna, Setiu, Kuantan, Pekan dan Pulau Pangkor membuktikan khasiat teripang sebagai agen anti-hipertensi (www.gamatemas.dumei.com).

Kaswandi et al. (2000) dan Lian et al. (2000) melaporkan bahan aktif yang dihasilkan oleh Holothuria sp. sebagai antibakteri dan antifungi. Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa bahan aktif dari teripang Holothuria tubolosa tersebut dapat menghambat pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae. Disamping mengandung antibakteri, teripang juga dilaporkan mengandung berbagai asam lemak tak jenuh seperti linoleat, oleat, eikosa pentaenoat (EPA), dan docosaheksaenoat (DHA) (Fredalina et al. 1999). Beberapa kajian juga menunjukkan potensi teripang sebagai anti-tumor dan memberi khasiat positif terhadap penyakit AIDS (Scheuer 1995; http://cybermed.cbn.net.id).

Cairan dan tubuh teripang mengandung protein lebih dari 44%, karbohidrat antara 3-5% dan lemak 1,5% (Ibrahim 2003), sedangkan Dharmananda (1998) menyebutkan kandungan protein teripang sebesar 55%. Menurut Martoyo et al. (2000) kandungan gizi teripang kering adalah protein 82%, lemak 1,7%, air 8,9%, abu 8,6% dan karbohidrat 4,8%. Komponen-komponen lain yang dikandung teripang adalah asam amino esensial, kolagen, vitamin E, zat-zat mineral seperti khromium, ferum, kadmium, mangan, nikel, kobalt dan seng. Kandungan asam lemak penting seperti EPA dan DHA turut memainkan peranan penting sebagai agen penyembuh luka dan antithrombotik yaitu untuk mengurangi pembekuan darah di dalam saluran darah. Hal ini dapat mengurangi resiko penyakit stroke dan jantung. Kedua asam di atas juga dapat membantu memperlambat proses degenerasi sel disamping juga memperlambat proses penuaan (www.gamatemas.dumei.com).

2.3. Senyawa Bioaktif

Teripang mempunyai kandungan senyawa aktif biologi yang memberikan manfaat, dan fungsi yang sangat baik pada beberapa sistem tubuh manusia. Senyawa aktif yang terkandung di dalam teripang , yaitu :

1. Kolagen

- Mempercepat penyembuhan luka.

- Memelihara kesehatan sendi dan tulang, mencegah osteoporosis.

- Membuat kulit menjadi lebih muda, meningkatkan kecantikan dan memperlambat penuaan dini.

2. Mukopolisakarida / Glycosaminoglycan Acid

- Meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

- Anti kanker dan anti tumor.

- Mengurangi rasa sakit dan mempercepat penyembuhan luka.

- Mengurangi kadar gula darah dan kekentalan darah, mengendalikan lemak darah, mengurangi trigliserida dan kolesterol.

- Sebagai antivirus dan anti radioaktif.

3. Glucosamine dan Chondroitin

- Mencegah inflamasi dan mengurangi rasa sakit secara alami.

- Menyokong kesehatan tulang rawan, tendon dan ligamen.

- Meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

4. Saponin

- Antioksidan, anti mikroba, dan anti kanker.

- Merangsang pembentukan sunsum tulang, memproduksi darah dan mencegah anemia.

- Membantu masalah impotensi.

- Meningkatkan metabolisme energi dan mengatasi kelelahan.

  1. Triterpene glycosides

- Sebagai antifungal

- Sebagai anti-inflammatory

- Sebagai efek citotoksik (http://id.shvoong.com/medicine-and-health/alternative-medicine/1963281-kandungan-dan-manfaat-teripang-sea.html)

2.4. Senyawa Toksik Teripang

Telah lama diketahui beberapa jenis teripang tertentu menghasilkan suatu zat yang bersifat toksik untuk ikan dan beberapa he wan laut, dan mungkin juga terhadap manusia (Cooper dalam Russel 1955). Di beberapa daerah Indo-Pasifik, cairan daging teripang, khususnya Holothuria atra dan Bohadschia argus, digunakan oleh para nelayan untuk menuba ikan. Cara penubaan dilakukan dengan meremas-remas daging teripang tersebut sehingga mengeluarkan cairan. Pada area/tempat yang terbatas (celah karang atau kubangan) dimana dilakukan hal itu airnya akan menjadi kehitaman keruh, tidak lama kemudian terlihat ikan pada mengapung pingsan. Kejadian ini mirip seperti halnya akibat peracunan dengan rotenon (Russel 1965). Menurut Nigrelli dan Jakowska (1960) paling sedikit ada 30 jenis dalam 4 atau 5 bangsa dan kelas Holothuroidea adalah toksik. Beberapa jenis yang toksik tersebut seperti Thelenota ananas, Stichopus variegatus, Holothuria atra dan H. axiologa, adalah bahan pangan dengan predikat kualitas baik di beberapa lokasi di Pasifik.

Kandungan zat toksik tersebut diper-kirakan sebagai kelengkapan per-lindungan diri dari predator (Habermehl & Krebs 1990). Pada beberapa jenis teripang yang mempunyai organ "Cuverian Tubules", kandungan zat toksik terkonsentrasi pada organ tersebut, seperti halnya pada jenis Actinopyga agassizi (Russell 1965). Pada jenis lain yang tidak mempunyai organ tersebut, zat toksik dikandung pada bagian tubuhnya. Bakus (1973) mengulas ekologi toksisitas teripang, menyebutkan bahwa holothurin merupakan penangkal efektif terhadap pemangsa teripang.

Habermehl & Krebs (1990), menyatakan bahwa senyawa toksin pada eripang bervariasi dalam struktur komposisi glykosidnya. Variasi tersebut hampir sebanyak jenis-jenis teripang itu sendiri. Pada Gambar 2 diberikan struktur glykosid dari teripang suku Holothuriidae dan suku Stichopodidae. Struktur yang berbeda ditemukan juga pada jenis-jenis diluar kedua suku tersebut.

Gambar 2. Struktur glykosid pada beberapa jenis teripang dari suku Holothuriidae dan suku Stichopodidae (Habermehl & Krebs 1990).

2.4.1. Sifat Kimia Dan Toksisitas Teripang

Nigrelli (1952) dan Yama-Nouchi (1955) secara terpisah menemukan senyawa toksik pada teripang sebagai "holothurin". Senyawa ini bisa diperoleh dengan mengekstraksi daging teripang, mengisolasi dan mempurifikasikannya. Analisa awal terhadapnya diperoleh kandungan glycosides dan pigment (60%). cholesterol (1%), protein tak terlarut (5 -10%), garam, polypeptida dan asam amino bebas (30%) (Nigrelli & Jakowska 1960). Dengan menggunakan kertas kromatografi beberapa asam amino bebas diidentifikasikan yaitu : alanine, arginine, cystine, glycine, glutamic acid, histidine, serine (atau lysine) dan valine. Menurrut Nigrelli & Jakowska (1960), holothurin mem-berikan efek yang bervariasi terhadap sistem biologi. Aksi holothurin menunjukkan kecepatan menimbulkan efek, berkemam-puan mengkombinasikan berbagai komponen dalam sel, dan pengaruhnya bersifat tidak kembali (irreversible). Holothurin mungkin bertindak sebagai antimetabolite.

Pada teripang Stichopus japonicus menunjukkan bahwa hampir disemua bagian tubuhnya mengandung beberapa jenis "mucopolysaccharida" asam yang mempunyai efek khusus terhadap pertumbuhan, pemulihan (recovery) dari sakit, anti imflammation, pembentukan tulang, dan pencegahan/penundaan terhadap penuaan jaringan, serta "arteriosclerosis" (Anonim 1991). Muco-polysaccharide adalah juga berdaya obat anti-tumor. Dalam pada itu senyawa ini mem-punyai efek intensive pada "contravariant". Holotoksin yang diekstrak dan dimurnikan dari teripang adalah suatu "antimycin" yang efektif. Berapa jenis teripang yang diketahui berdaya obat (medicinal value) selain S. japonicus yaitu S. variegatus S. chloronotus . Thelenota ananas dan Bohadschia argus, Sedang beberapa jenis teripang yang dikemukakan oleh Nigrelli & Jakowska (1960).


KESIMPULAN

Dari materi yang dijelaskan diatas, diketahui bahwa teripang merupakan salah satu bahan hayati laut yang berpotensi. Teripang mempunyai berbagai kandungan senyawa diantaranya adalah triterpene glycosides, saponin, glucosamine dan chondroitin, mukopolisakarida / glycosaminoglycan acid, kolagen serta senyawa toksik. Dimana dari tiap kandungan mempunyai manfaat yang berguna untuk manusia.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim 1991. Training manual on breeding and culture of scallop and sea cucumber in China. Training manual 9, Yellow Sea Fisheries Research Institute in Qingdao, People's Republic of China. 83 pp.

Baine M dan Forbes B. 2004. The Taxonomy And Exploitation of Sea Cucumbers In Malaysia.

Http://Www.Sidsnet.Org/Pacific/Spc/Coastfish/News/Bdm/10/ 1baine.Htm.

BAKUS, G.J. 1973. The biology and ecology of tropical holothurians. In : Biology and Geology of Coral Reefs (O.A. Jones & R. Endean, eds.) Vol. II, Biology 1 : 326 - 387. Academic Press, New York.

Bandaranayake Wm dan Rocher Ad. 1999. The Role Of Secondary Metabolites And Pigments In The Diet, Epidermal Tissues, Viscera, Gut Content, And Ripe Ovaries Of The Sea Cucumber Holothuria Atra. Australian Institute Of Marine Science.

Dahuri R. 2003. Paradigma Baru Pembangunan Indonesia Berbasis Kelautan. Orasi Ilmiah. Bogor: FPIK-IPB.

DKP. 2003. Statistik Perikanan Tangkap Indonesia, 2001. Jakarta: DKP.

Fredalina BD, Ridzwan BH, Abidin AAZ, Kaswandi MA, Zaiton H, Zali I, Kittakoop P, dan Mat Jais AM. 1999. Fatty acid composition in local sea cucumber, Stichopus chloronatus, for wound healing. General Pharmacology 3:337-340.

Habermehl, G.G. Dan H.C. Krebs 1990. Toxins of Echinoderms. Dalam : Atta-ur- Rahman (Ed). Studies in natural products Chemistry, vol. 7. Elsevier Sci. publish. B. V., Amsterdam, p. 265 - 316.

Ibrahim J. 2003. Gamat emas sasar perolehan RM 10 juta. http://sas7882.org/Documents/AlumniPress/SyidAyob-UtusanMalaysia131003.pdf.

Lian HH, Weng SN, Yassin MSM, Kaswandi MA and Ridzwan BH. 2000. Antifungal activities of lipid extract from sea cucumber Holothuria tubolosa against Saccharomyces cerevisiae. 7th Asia Pacific Electron Microscopy Conf. 26—30 June, Singapore. p. 316.

Martoyo J, Aji N dan Winanto Tj. 2000. Budidaya Teripang. Jakarta: Penebar Swadaya.

Michael S. 2003. dalam http://tolweb.org/tree?group=Holothuroidea&contgroup= Echinodermata# TOC1

Nigrelli, R.F. 1952. The Effect Of Russell, F.E. 1965. Marine Toxins and holothurin on fish and mice with Sarcoma- Venomous and Poisonous Marine Animals. 180. Zoologica 37 : 89 -90.

Nigrelli, R.F. Dan S. Jakowska 1960. Yamanouchi, T. 1955. On the poisonous Effect of holothurin, a steroid saponin substance contained in holothurians. publ. from the Bahaman sea cucumber Seto Mar. Lab. 4 : 183 - 203. (Actinopyga agassizi) on various biological systems. Ann. N. Y. Acad. Sci, 90 : 884 - 892.

Russell, F.E. 1965. Marine Toxins and holothurin on fish and mice with Sarcoma- Venomous and Poisonous Marine Animals. 180. Zoologica 37 : 89 -90. Adv. Mar. Biol. 3 : 255 - 284.

Scheur PJ. 1995. Marine Natural Products. Penerjemah: Koensoemardiyah. Semarang: IKIP Semarang Press.

Wibowo S, Yunizal, Setiabudi E, Erlina MD dan Tazwir. 1997. Teknologi Penanganan dan Pengolahan Teripang (Holothuridea). Jakarta: IPPL

Slipi.

Hasil Browsing :

www.gamatemas.dumei.com

http://cybermed.cbn.net.id

http://www.enchantedlearning.com

http://biologigonz.blogspot.com/2010/01/holothuroidea-teripang.html

http://id.shvoong.com/medicine-and-health/alternative-medicine/1963281-kandungan-dan-manfaat-teripang-sea.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar