Minggu, 30 Oktober 2011

Mahasiswa VS Remedial

lemparkan senyuman untuk ketakutan

hiasi ilmu dengan kejujuran

tak perlu ragu beri keputusan

kami siap menerima cobaan

tapi

keluarkan kejujuran dengan kepercayaan

agar mudah kami sampaikan

bahwa kebodohan menjadi hiasan

tanpa kebodohan takkan ada kepintaran

untuk apa jika bodoh mendominasi

bodoh menjadi tradisi

siapa yang mau?

siapa yg ingin?

perbaikan bukan tujuan

tapi kemampuan yang di harapkan

tak perlu kami dapat yang 'baik'

tapi berikan prasangka yang baik

untuk yang didapatkan tanpa tujuan yg 'dirahasiakan'

kau dimana????

aku rindu....

aku kangen....

dengan canda tawamu....

aku rindu....

aku kangen....

dengan tingkahmu....

tau kah kau....

kini aku merasa kesepian....

tak ada lagi wajah manis

yang selalu hadir di mata ini....

tak ada lagi harum semerbak

yang selalu hadir dalam setiap tarikan nafas....

dulu kau terasa sangat dekat

meski dirimu jauh diseberang sana.....

tapi kenapa ????

kini tak ada lagi kehangatan yang kurasa

apa salahku ????

ataukah kini aku terlalu hina

sehingga kau menjauh dariku....

apakah aku tak pantas

mendampingin hidupmu?????

padahal selama ini...

ku berharap kau lah yang pertama

dan terakhirku....

dimanapun kau berada

ku harap tak kau lupakan

kenangan manis

yang tlah di rajut di masa lampau......

Sabtu, 29 Oktober 2011

Catatanku 2102009

Kamu tersenyum manis

Seperti langit biru cerah

Kalau aku melihatmu

Aku pun turut tersenyum

Kamu berasal dari tempat yang berbeda denganku

Tapi,,cita-cita kita sama

Cita-cita yang akan kita gapai

Jauh sampai di langit sana

Kita akan terbang berdua bagai awan

Kita semuanya berteman

Kita semuanya berteman

Sampai kapan pun

Sampai kapan pun

Karena kita semua adalah teman

Karena kita semua adalah teman

Jumat, 28 Oktober 2011

manfaat alga

Indonesia adalah negara yang mempunyai garis pantai terpanjang di dunia yaitu ±80.79 1,42 Km. Disepanjang garis pantai, tumbuh dan berkembang berbagai jenis alga laut yang berpotensi sebagai biotarget industri. Berbagai riset mutlak dilakukan untuk pemanfaatan secara optimal kekayaan hayati ini secara berkelanjutan. Riset-riset kimiawan terutama dituntut untuk mencari bahan baku industri, senyawa bioaktif, pengembangan produk-produk turunan berbasis alga, dan mempelajari misteri dan keunikan-keunikan alga dalam hubungannya sebagai bagian dari ekosistem.

Manfaat algae dalam kehidupan sehari hari antara lain :
1. Peranan ganggang coklat (Phaeophyta)

Dimanfaatkan sebagai industry makanan atau farmasi, algin atau asam alginate dari ganggang coklat digunakan dalam pembentukan eskrim, pembentukan pil, salep, pembersih gigi, lotion dank rim, selain itu dapat dimanfaatkan untuk kandungan nitrogen dan kaliumnya cukup tinggi, sedangkan kandungan folfornya rendah.

2. Peran ganggang merah (Rodophyta)

Manfaatnya antara lain sebagai bahan makanan dan kosmetik.misalnya eucheuma spinosum, selain itu juga dipakai untuk mengeraskan atau memadatkan media pertumbuhan bakteri.
3. Peranan ganggang keemasan (Crysophyta)

Berguna sebagai bahan penggosok, bahan pembuat isolasi, penyekat dinamit, membuat saringan, bahan alat penyadap suara, bahan pembuat cat, pernis, dan piringan hitam.
4. Peranan ganggang hijau (Clorophyta)

Beberapa spesies ganggang hijau biru dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan alternative, misalnya Spirulina sp. Beberapa spesies ganggang hijau – biru yang bersimbiosis dapat menambat (fiksasi) nitrogen bebas , sehingga menambah kesuburan tanah, misalnya : Anabaena azollae.

Selasa, 25 Oktober 2011

Penginderaan Jauh

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penginderaan jarak jauh sangat bermanfaat dalam membantu proses pengukuran, penelitian dan pengelolaan suatu sumberdaya bumi dengan menggunakan konsep interpretasi foto udara, fotogeometri, interpretasi citra dari sensor nonfotografi baik secara visual maupun menggunakan tehnik pemrosesan citra digital. Sehingga dapat mempermudah dalam pengumpulan data dari jarak jauh yang dapat dianalisis untuk mendapatkan informasi tentang objek, daerah maupun fenomena yang diinginkan.

Sebagai contoh dari proses penginderaan jarak jauh yang dekat dengan kita adalah proses mata melihat atau menangkap suatu objek. Mata bertindak sebagai alat penginderaan (sensor) yang menerima cahaya yang dipantulkan dari suatu objek penglihatan, misalkan objek penglihatan tersebut adalah suatu halaman buku. Maka data yang diterima oleh mata berupa energi sesuai dengan jumlah cahaya yang dipantulkan dari bagian gelap dan terang pada halaman buku. Data tersebut dianalisis atau ditafsir di dalam komputer mental kita agar kita dapat menerangkan bahwa bagian yang gelap merupakan sekumpulan huruf-huruf yang menyusun kata-kata. Lebih dari itu, kita dapat mengenali bahwa kata-kata tersebut menyusun kalimat-kalimat sehingga kita dapat menafsir arti dari informasi yang terdapat pada kalimat-kalimat tersebut.

Dengan menggunakan penginderaan (sensor) kita mengumpulkan data dari jarak jauh yang dapat dianalisis untuk mendapatkan informasi objek, daerah atau fenomena yang sedang diteliti.

BAB II

ISI

2.1. Penginderaan Jauh

Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah, atau fenomena melauli analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah atau fenomena yang dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1990).

Penginderaan jauh dapat diberi batasan sebagai alat untuk mengetahui, mengenali, dan menilai obyek dengan cara perabaan dari jauh atau dengan alat rekaman. Suatu alat teleskop astronomi, suatu kamera udara di dalam pesawat jet supersonic, atau suatu instalasi sonar di dalam sebuah kapal selam semuanya merupakan bentuk-bentuk alat penginderaan jauh. Kelelawar malam hari mempergunakan suatu teknik penginderaan jauh untuk mencari jalan pada waktu terbang di dalam gelap, suatu asas yang serupa dipakai di dalam perlengkapan radar. Alat penginderaan jauh juga meliputi berbagai satelit yang mengorbit bumi yang menjadi semakin tambah bermanfaat sebagai mimbar untuk mendapatkan berbagai macam gambar udara baik yang berupa gambaran fotografis maupun yang bukan fotografis. Penekanan penginderaan jauh diletakkan pada penafsiran tentang gambar yang diperoleh dari sensor infra merah atau “thermal mappers” (pembuat peta thermal), dari peralatan radar di udara atau dari penerbangan-penerbangan ruang angkasa yang mengorbit (Avery, 1970).

Ada beberapa istilah dalam bahasa asing yang sering digunakan untuk penginderaan jauh. Reeves (1975) dalam Sutanto (1992) mengutarakan istilah ‘remote sensing’ (Inggris), ‘teledectection’ (Perancis), ‘fernerkundung’ (Jerman), ‘sensoriamento remota’ (Portugis), ‘distantsionaya’ (Rusia), dan ‘perception remota’ (Spanyol). Di Indonesia pernah digunakan dua istilah penginderaan jauh dan teledeteksi. Keunggulan istilah teledeteksi adalah terletak pada ringkasnya dan serupa dengan istilah lain yang telah banyak digunakan orang misalnya telegram, telepon, dan televisi. Kelemahannya terletak pada kata deteksi yang sering digunakan pada lingkup yang lebih sempit bila dibandingkan dengan arti penginderaan. Deteksi dapat diartikan sebagai suatu kesadaran akan adanya pola atau objek pada foto udara atau pada citra lainnya.

Secara umum proses dan elemen yang terkait di dalam sistem pengindraan jauh dengan energi gelombang elektromagnetik meliputi proses pengumpulan data, dan analisa data. Elemen proses pengumpulan data adalah sumber energi, atmosfer, sebagai media perantara energi, interaksi antara energi dengan muka bumi, sensor, dan hasil pembentukan data dalam bentuk numerik atau gambar. Sedangkan proses analisa data meliputi pengujian data dengan menggunakan alat interpretasi untuk menganalisa data visual dan komputer untuk menganalisa data numerik (Lillesand dan Kiefer, 1990).

Sumber energi dalam sistem penginderaan jauh adalah radiasi elektromagnetik yang secara umum berasal dari energi matahari. Gelombang eletromagnetik dibentuk sekaligus oleh dua komponen yaitu, komponen listrik dan komponen magnetik yang keduanya berjalan dengan fase yang sama, tegak lurus satu sama lain, dan tegak lurus pula dengan arah rambatannya. Bentuk gelombang ini dapat diamati dari interaksinya dengan suatu benda.

Matahari merupakan sumber utama tenaga elektromagnetik. Di samping matahari juga ada sumber tenaga lain, baik sumber tenaga alamiah yang digunakan dalam penginderaan jauh sistem pasif, sedangkan sumber tenaga buatan digunakan dalam penginderaan jauh sistem aktif (Sutanto, 1992).

Pengumpulan data penginderaan jauh dilakukan dengan menggunakan alat pengindera atau alat pengumpul data yang disebut sensor. Data penginderaan jauh dapat berupa citra, grafik, dan data numerik. Proses penerjemahan data menjadi informasi disebut analisis atau interpretasi data dan analisis data penginderaan jauh memerlukan data rujukan seperti peta tematik, data statistik, dan data lapangan. Keseluruhan proses mulai dari pengambilan data, analisis data hingga penggunaan data disebut Sistem Penginderaan Jauh (Purwadhi, 2001).

2.2. Citra dan Wahana

Citra Penginderaan Jauh merupakan gambaran yang terekam oleh kamera atau oleh sensor lainnya. Dalam bahasa Inggris, citra adalah image atau imagery, batasannya adalah :

a. Image adalah gambaran suatu obyek atau suatu perujudan, umumnya berupa peta, gambar, atau foto.

b. Imagery adalah gambaran visual tenaga yang direkam dengan menggunakan alat penginderaan jauh.

Citra merupakan gambaran dua dimensional yang menggambarkan bagian dari permukaan bumi, hasil dari perekaman sensor atas pantulan atau pancaran spektral objek yang disimpan pada media tertentu (Danoedoro, 2001).

Klasifikasi citra dapat dilakukan secara manual (visual) maupun secara digital. Klasifikasi secara manual dilakukan dengan bertumpu pada kenampakan pada citra, seperti misalnya rona atau warna, bentuk, ukuran, tinggi atau bayangan, tekstur, pola, letak atau situs dan asosiasi dengan obyek lainnya.

Klasifikasi secara digital dapat dilakukan dengan bantuan komputer, dan biasanya bertumpu pada informasi spektral obyek (yang diwakili oleh nilai pixel citra) pada beberapa saluran spektral sekaligus. Oleh karena itu, klasifikasi secara digital sering disebut sebagai klasifikasi multivariat atau klasifikasi multispektral.

Pada penginderaan jauh, sensor merekam tenaga yang dipantulkan atau dipancarkan oleh obyek di permukaan bumi. Rekaman tenaga ini akan diproses dan akan membuahkan data penginderaan jauh. Data penginderaan jauh dapat berupa data digital atau data numerik untuk dianalisis dengan menggunakan komputer. Data ini juga dapat berupa data visual yang pada umumnya dianalisis secara manual. Data visual dibedakan lebih jauh atas data citra dan data noncitra. Data citra berupa gambaran yang mirip wujud aslinya atau paling tidak berupa gambaran planimetrik. Data noncitra pada umumnya berupa garis atau grafik. Sebagai contoh data noncitra adalah grafik yang mencerminkan beda suhu yang direkam disepanjang daerah penginderaan. Di dalam penginderaan jauh yang tidak menggunakan tenaga elektromagnetik, contoh data noncitra antara lain berupa grafik yang menggambarkan gravitasi maupun daya magnetik di sepanjang daerah penginderaan.

1. Citra foto

Citra foto dapat dibedakan berdasarkan pada:

a. Spektrum elektromagnetik yang digunakan

Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunkan, citra foto dibagi menjadi:

· Foto ultraviolet

Foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum ultraviolet. Spektrum ultraviolet yang dapat digunakan untuk pemotretan hingga saat ini ialah spektrum ultraviolet dekat hingga panjang gelombang 0,29μm.

· Foto Ortokromatik

Foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum tampak dari saluran biru hingga sebagian hijau (0,4μm – 0,56μm).

· Foto Pankromatik

Foto yang dibuat dengan menggunakan seluruh spektrum tampak.

· Foto Inframerah asli (True Infrared Foto)

Foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum infra merah dekat hingga panjang gelombang 0,9μm – 1,2μm bagi film infra merah dekat yang dibuat secara khusus.

· Foto Inframerah modifikasi

Foto yang dibuat dengan spektrum inframerah dekat dan sebagian spektrum tampak pada saluran merah dan sebagian saluran hijau.

b. Sumbu kamera

Berdasarkan sumbu kamera terhadap arah permukan bumi, foto udara dibedakan menjadi:

· Foto vertikal

Foto yang dibuat dengan sumbu kamera tegak lurus terhadap permukaan bumi.

· Foto condong

Foto yang dibuat dengan sumbu kamera menyudut terhadap garis tegak lurus ke permukaan bumi. Sudut ini pada umumnya sebesar 10 0 atau lebih besar. Apabila sudut condongnya berkisar antara 1 0 sampai 4 0, foto yang dihasilkannya masih dapat digolongkan sebagai foto vertikal. Foto condong dibedakan menjadi dua yaitu:

F Foto sangat condong (high oblique photograph), yakni bila pada foto tampak cakrawalanya.

F Foto agak condong (low oblique photograph), yakni bila cakrawala tidak tergambar pada foto.

c. Sudut liputan kamera

d. Jenis kamera

Berdasarkan kamera yang digunakan di dalam penginderaan, citra foto dapat dibedakan menjadi:

· Foto tunggal

Foto yang dibuat dengan kamera tunggal. Tiap daerah liputan foto hanya tergambar oleh satu lembar foto.

· Foto jamak

Beberapa foto yang dibuat pada saat yang sama dan menggambarkan daerah liputan yang sama.

e. Warna yang digunakan

Berdasarkan warna yang digunakan foto dibedakan atas :

· Foto berwarna semu (false color) atau foto inframerah berwarna.

Pada foto berwarna semu, warna obyek tidak sama dengan warna foto. Obyek seperti vegetasi yang berwarna hijau dan banyak memantulkan spektrum inframerah, tampak merah pada foto.

· Foto warna asli (true color)

Foto pankromatik berwarna.

f. Sistem wahana dan penginderaan

Ada dua jenis foto yang dibedakan berdasarkan wahana yang digunakan, yaitu :

· Foto udara

Foto yang dibuat dari pesawat udara atau dari balon.

· Foto satelit atau foto orbital

Foto yang dibuat dari satelit

2. Citra Nonfoto

  1. Spektrum elektromagnetik yang digunakan

Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan dalam penginderaan, citra nonfoto dibedakan :

· Citra inframerah termal

Citra yang dibuat dengan spektrum inframerah termal

· Citra radar dan citra gelombang mikro

Ctra yang dibuat dengan spektrum gelombang mikro

b Sensor

Berdasarkan sensor yang digunakan, citra nonfoto dibedakan atas :

· Citra tunggal

Citra yang dibuat dengan sensor tunggal

· Citra multispektral

Citra yang dibuat dengan saluran jamak. Berbeda dengan citra tunggal yang umumnya dibuat dengan saluran lebar, citra multispektral pada umumnya dibuat dengan saluran sempit.

c. Wahana

Berdasarkan wahananya citra nonfoto dibedakan atas :

· Citra dirgantara (Airborne Image

Citra yang dibuat dengan wahana yang beroperasi di udara atau dirgantara. Sebagai contoh misalnya citra inframerah termal, citra radar, dan citra MSS yang dibuat dari udara. Istilah citra dirgantara jarang sekali digunakan.

· Citra satelit (Satelit atau Spaceborne Image)

Ctra yang dibuat dari antariksa atau angkasa luar. Citra satelit dibedakan lebih jauh atas penggunaan utamanya yaitu :

1. Citra satelit untuk penginderaan planet, misalnya citra satelit Ranger (AS), citra satelit Viking (AS), citra satelit Luna (Rusia), dan citra satelit Venera (Rusia).

2. Citra satelit untuk penginderaan cuaca, misalnya citra NOAA (AS), dan citra meteor (Rusia).

3. Citra satelit untuk penginderaan sumberdaya bumi, misalnya citra Landsat (AS), citra Soyus (Rusia), dan citra SPOT yang diorbitkan oleh Prancis pada tahun 1986.

4. Citra satelit untuk penginderaan laut, misalnya citra Seasat (AS) dan citra MOS (Jepang) yang akan diorbitkan pada tahun 1986.

(Sutanto, 1986)

Menurut Prof. Dr. Sutanto, pada dasarnya interpretasi citra terdiri dari dua kegiatan utama, yaitu perekaman data dari citra dan penggunaan data tersebut untuk tujuan tertentu. Lihat gambar 4.1.

geo104_15

Perekaman data dari citra berupa pengenalan objek dan unsur yang tergambar pada citra serta penyajiannya ke dalam bentuk tabel, grafik atau peta tematik. Urutan kegiatan dimulai dari menguraikan atau memisahkan objek yang rona atau warnanya berbeda dan selanjutnya ditarik garis batas/delineasi bagi objek yang rona dan warnanya sama. Kemudian setiap objek yang diperlukan dikenali berdasarkan karakteristik spasial dan atau unsur temporalnya.

Objek yang telah dikenali jenisnya, kemudian diklasifikasikan sesuai dengan tujuan interpretasinya dan digambarkan ke dalam peta kerja atau peta sementara. Kemudian pekerjaan medan (lapangan) dilakukan untuk menjaga ketelitian dan kebenarannya. Setelah pekerjaan medan dilakukan, dilaksanakanlah interpretasi akhir dan pengkajian atas pola atau susunan keruangan (objek) dapat dipergunakan sesuai tujuannya.

Untuk penelitian murni, kajiannya diarahkan pada penyusunan teori, sementara analisisnya digunakan untuk penginderaan jauh, sedangkan untuk penelitian terapan, data yang diperoleh dari citra digunakan untuk analisis dalam bidang tertentu seperti geografi, oceanografi, lingkungan hidup, dan sebagainya. Untuk lebih jelasnya lihat kembali gambar 4.1. Dalam menginterpretasi citra, pengenalan objek merupakan bagian yang sangat penting, karena tanpa pengenalan identitas dan jenis objek, maka objek yang tergambar pada citra tidak mungkin dianalisis. Prinsip pengenalan objek pada citra didasarkan pada penyelidikan karakteristiknya pada citra. Karakteristik yang tergambar pada citra dan digunakan untuk mengenali objek disebut unsur interpretasi citra.

2.3. Pengertian Fotogrametri

Fotogrametri berasal dari kata Yunani yakni dari kata “photos” yang berarti sinar, “gramma” yang berarti sesuatu yang tergambar atau ditulis, dan “metron” yang berarti mengukur. Oleh karena itu “fotogrametri” berarti pengukuran secara grafik dengan menggunakan sinar (Sutanto, 1983 dalam Ananda, 2009).

Fotogrametri dapat didefinisikan sebagai suatu seni, pengetahuan dan teknologi untuk memperoleh informasi yang dapat dipercaya tentang suatu obyek fisik dan keadaan disekitarnya melalui proses perekaman, pengamatan/ pengukuran dan interpretasi citra fotografis atau rekaman gambar gelombang elektromagnetik (Aryo Arief, 2009).

Fotogrametri dapat didefinisikan sebagai suatu seni, pengetahuan dan teknologi untuk memperoleh data dan informasi tentang suatu objek serta keadaan disekitarnya melalui suatu proses pencatatan, pengukuran dan interpretasi bayangan fotografis (hasil pemotretan)

Definisi tersebut mencakup dua bidang kajian, yakni :

�� Fotogrametri metrik, berkaitan dengan pengukuran/pengamatan presisi untuk menentukan ukuran dan bentuk objek.

�� Fotogrametri interpretatif, berhubungan dengan pengenalan dan identifikasi objek. Pemetaan fotogrametris menggunakan foto udara sebagai sumber data utama. Kualitas peta atau informasi yang dihasilkan sangat bergantung pada kualitas metrik dan gambar (pictorial qualiy) dari sumber data tersebut. Pengadaan foto udara biasanya berawal dari tujuan peruntukannya. Misalnya untuk keperluan feasibility study, informasi yang diperlukan tidak perlu akurat, namun keragaman informasinya lebih diutamakan. Berbeda dengan pembuatan rancangan detail (detail design) atau konstruksi, informasi yang dibutuhkan harus mempunyai tingkat ketelitian geometrik yang baik. (Anonim, 2009).

Ø Jenis Pengukuran Yang Melalui Unsur-Unsur Fotogrametri

1. Pengukuran Luas

Berdasarkan metode yang digunakan alat sederhana dibedakan atas :

a. Metode strip; yang digunakan berupa lembaran tembus cahaya yang padanya ditarik garis-garis sejajar dan berinterval sama besar. Lembaran tembus cahaya ini ditumpangkan pada objek yang diukur luasnya. Kemudian ditarik garis-garis tegak lurus pada batas objek sedemikian hingga bagian yang dihilangkan sama dengan bagian yang yang ditambahkan. Sisi atas segi empat panjang atau sisi atas strip itu dijumlahkan dan dikalikan dengan intervalnya sehingga diperoleh luas objek pada foto (Aryo Arief , 2009).

b. Metode bujursangkar; dilakukan dengan kertas milimeter. Kertas milimeter ini ditumpangkan di atas objek yang diukur luasnya. Dalam mengukur luas pada objek pada citra dihitung berapa bujur sangkar 1cm x 1cm yang jatuh dalam batas objek yang diukur luasnya (AryoArief, 2009).

c. Metode jaringan titik; alat ukurnya berupa lembaran tembus cahaya yang diberi jaringan titik yang masing-masing berjarak sama. Titik itu serupa dengan titik yang dibuat pada tengah-tengah bujursangkar yang kemudian bujursangkarnya dihapus. Dalam metode ini kita tinggal menghitung berapa titik yang masuk dalam batas objek yang diukur luasnya. Tiap titik dianggap mewakili satu bujursangkar, sehingga tiap titik dikalikan dengan luas bujursangkar untuk mendapatkan luas objeknya (Aryo Arief, 2009).

2. Skala Foto Udara Vertikal

Skala foto udara merupakan perbandingan antara jarak pada foto udara dengan jarak sebenarnya di lapangan. Skala foto diperlukan untuk menentukan ukuran objek maupun untuk mengenalinya.

Ada beberapa cara untuk menentukan skala foto udara vertikal, yaitu :

a. Perbandingan antara panjang fokus dan tinggi terbang. Persamaannya yaitu : S = f / H, dengan S = skala, f = fokus dan H = tinggi terbang.

b. Membandingkan jarak foto terhadap jarak lapangan, dilakukan bila membawa foto udara ke lapangan atau kalau tahu jarak sesungguhnyaobjek di lapangan dari objek yang tergambar pada foto. Persamaan yang digunakan yaitu : S = df / dl, dengan S = skala, df = jarak pada foto, dan dl = jarak di lapangan.

c. Membandingkan jarak pada foto terhadap jarak pada peta yang telah diketahui jaraknya. Persamaan yang digunakan yaitu : dp / pf = df / pp dengan dp = jarak di peta, df = jarak pada foto, pf = skala foto dan pp = skala pada peta (Aryo Arief, 2009).

3. Basis Foto (Photo Base)

Merupakan jarak antara dua pemotretan berurutan. Hal ini menyebabkan kenampakan adanya pergeseran titik pusat foto satu dengan foto berikutnya. Jarak pergeseran pada lembar foto ini disebut photo base atau basis foto. Besarnya basis foto pada sepasang foto udara adalah rata-rata dari hasil pengukuran dua basis foto tersebut, persamaannya yaitu : B = b1 + b2, dengan B = basis foto, b1 = basis foto 1 dan b2 = basis foto 2 (Aryo Arief, 2009).

4. Paralaks

Merupakan perubahan kedudukan gambaran titik pada foto udara yang bertampalan yang disebabkan oleh perubahan kedudukan kamera. Paralaks ini disebut juga dengan paralaks absolut atau paralaks total. (Aryo Arief, 2009). Pengukuran paralaks dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :

a. Pengukuran paralaks secara stereoskopik; dilakukan dengan menggunkan

batang paralaks atau meter paralaks (parallax bar) terdiri dari dua keping kaca yang diberi tanda padanya. Tanda ini disebut tanda apung (floating mark). Masing-masing keping kaca dipasang pada batang yang dapat diatur panjangnya yang diatur dengan memutar sekrup mikrometer. Pengukuran dilakukan setelah foto disetel di bawah pengamatan stereoskopik. Tanda apung kiri diletakkan pada titik yang akan diukur paralaksnya di foto kiri, dan tanda apung kanan diletakkan pada titik yang akan diukur paralaksnya pada foto kanan, dimana peletakan dilakukan dengan melihat dari stereoskop. Kemudian dilakukan pembacaan pada sekrup mikrometer yang dibaca dalam milimeter (mm) (Aryo Arief, 2009).

b. Pengukuran paralaks secara monoskopik; atau disebut juga cara manual, dilakukan tanpa menggunakan batang paralaks, melainkan hanya dengan menggunakan penggaris biasa (Aryo Arief, 2009).

5. Pengukuran Jarak Horizontal

Jarak pada foto udara tidak mencerminkan jarak sesungguhnya di lapangan, karena ada pergeseran. Untuk menentukan jarak horizontal yang sesungguhnya digunakan cara grafis, karena kalau dengan mengukur relief-displacement satu per satu akan membutuhkan waktu lama.

Ø Interprestasi citra foto

Salah satu implementasi dari Fotogrametri adalah Interprestasi citra foto. Alat yang biasa digunakan dalam citra foto adalah Stereoskop, yang fungsinya adalah digunakan untuk dapat melihat sepasang gambar/foto secara stereoskopis. Ada 2 jenis stereoskop, yaitu :

1. Stereoskop saku atau stereoskop lensa
- Cukup kecil hingga dapat dimasukkan kedalam saku
- Terdiri dari susunan lensa convex yang sederhana
- Mudah dibawa ke lapangan
- Daerah yang dpat dilihat secara stereoskopis sangat terbatas


streoskop-cermin2. Stereoskop cermin
- Lebih besar dari stereoskop saku
- Daerah yang dapat dilihat secara stereoskop lebih luas
- Karena bentuknya agak besar maka agak lebih sukar dibawa ke lapangan

Berikut tujuh karakteristik dasar citra foto yaitu :

1. Bentuk
Bentuk berkaitan dengan bentuk umum, konfigurasi atau kerangka suatu objek individual. Bentuk agaknya merupakan faktor tunggal yang paling penting dalam pengenalan objek pada citra foto (Anonim, 2009).

2. Ukuran
Ukuran objek pada foto akan bervariasi sesuai dengan skala foto. Objek dapat disalahtafsirkan apabila ukurannya tidak dinilai dengan cermat (Anonim, 2009).

3. Pola
Pola berkaitan susunan keruangan objek. Pengulangan bentuk umum tertentu atau keterkaitan merupakan karakteristik banyak objek, baik alamiah maupun buatan manusia, dan membentuk pola objek yang dapat membantu penafsir foto dalam mengenalinya (Anonim, 2009).

4 Rona
Rona mencerminkan warna atau tingkat kegelapan gambar pada foto.ini berkaitan dengan pantulan sinar oleh objek (Anonim, 2009).

5. Bayangan

Bayangan penting bagi penafsir foto karena bentuk atau kerangka bayangan menghasilkan suatu profil pandangan objek yang dapat membantu dalam interpretasi, tetapi objek dalam bayangan memantulkan sinar sedikit dan sukar untuk dikenali pada foto, yang bersifat menyulitkan dalam interpretasi (Anonim, 2009).

6. Tekstur
Tekstur ialah frekuensi perubahan rona dalam citra foto. Tekstur dihasilkan oleh susunan satuan kenampakan yang mungkin terlalu kecil untuk dikenali secara individual dengan jelas pada foto. Tekstur merupakan hasil bentuk, ukuran, pola, dan rona individual. Apabila skala foto diperkecil maka tekstur suatu objek menjadi semakin halus dan bahkan tidak tampak. (Anonim, 2009).

7. Lokasi
Lokasi objek dalam hubungannya dengan kenampakan lain sangat bermanfaat dalam identifikasi (Anonim, 2009).

DAFTAR PUSTAKA

Ananda. 2009. Fotogrametri. Http://Ananda Geoblogspot.Com (diakses pada tanggal 20 April 2011).

Anonim. 2009. Interprestasi Foto Udara. Http:// www. Edmerritt. Com (diakses pada tanggal, 20 April 2011).

Arief, Aryo. 2009. Fotogrametri. Http://Ardhani Blogspot.Com(diakses pada tanggal 20 April 2011)

Lillesand dan Kiefer, 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Purwadhi, Sri Hardiyanti. 2001. Interpretasi Citra Digital. PT Grasindo, Jakarta.